![]() |
Mahasiswa peduli HAM Papua, sementara berorasi di halaman Kantor DPR PB. (Fhoto : IK/PN) |
Manokwari, PITOONEWS - Untuk menyikapi kasus penembakan yang dilakukan oleh aparat TNI/POLRI di Kabupaten Dogiyai, pada 6 April 2018 lalu. Menuntut hal itu, Mahasiswa Peduli HAM dari beberapa organ pergerakan melaksanakan aksi kemanusiaan di Kota Manokwari, pada (18/05) pagi hingga berakhir siang di Kantor DPR PB Manokwari.
Aksi
kemanusiaan kali ini mengatasnamakan Solidaritas Peduli HAM di Papua
yang didalamnya terdiri dari beberapa elemen organ diantaranya, PMKRI cabang Manokwari,
GMNI cabang Manokwari, Himpunan Mahasiswa Islam di Manokwari, Forum
Independen Mahasiswa cabang Manokwari, BEM Presma Unipa, BEM STIH dan
BEM STKIP Muhammadya Manokwari.
Terlihat pada spanduk yang Mahasiswa bentangkan didepan massa Aksi bertemakan, "Militerisme Adalah Pelaku Pelanggaran HAM Utama Di Dogiyai dan Papua.”
Terihat
Mahasiswa Papua ini telah diterima secara terbuka di Kantor DPR PB
untuk menyerahkan beberapa poin tuntutan kepada pihak perwakilan rakyat
ditingkat Provinsi untuk menindak lanjuti aspirasi para Mahasiswa
tersebut.
Ketua Fraksi Otsus DPR Papua Barat, Yan Anton Yoteni, mengatakan dirinya bersama para anggota dewan lain siap berupaya untuk meneruskan ke pihak-pihak yang berwajib,katanya.
"kami yang menindak lanjuti sesuai tahapan ke kapolda Papua Barat, Papua hingga ke KOMNAS HAM".
Presiden
Mahasiswa Universitas Papua, Pilatus Lagoan, dalam orasinya dengan
tegas mengatakan pelaku penembakan di Dogiyai ditangkap dan proses
sesuai hukum.
Lagoan
menutur lagi kepada Kapolda Papua melalui DPR PB agar segera konfirmasi
kepada Kapolda Papua untuk memecat Kapolsek Moanemani dan Kapolres
Nabire,tuturnya.
Sementara
itu kordinator lapangan, Marten Goo, menuturkan manusia Papua
diciptakan untuk hidup. Bukan untuk dibunuh,katanya dengan tegas.
"manusia diciptakan untuk hidup. Bukan dibunuh."
Maka, Goo meminta pelaku penembak warga di Doiyai, ditangkap dan diadili.
Marten
tambahkn lagi, Kapolres Nabire dan Kapolsek Dogiyai dipocot dari
jabata. Karena dirinya menilai semenjak Kapolres Nabire (sekarang)
bertugas kekerasan begitu cepat terjadi diwilayah itu.
" kami melihat bahwa ketika Kapolres Nabire sekarang naik, begitu kekerasan cepat terjai. Masalah banyak".
Hal
senada pun disampaikan juga oleh ketua PMKRI dan ketua GMNI cabang
Manokwari di depan para legislator asal Papua yang hadir menerima
tuntutan Mahasiswa tersebut.
Sejauh
Pantauan media ini aksi terlihat berjalan kondusif, namun terik
Matahari begitu panas walau semangat para Mahasiswa peduli HAM Papua
terlihat tetap semangat menyampaikan tuntutan mereka.
Pewarta : admin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar